Minggu, 25 November 2018

NEGERI SERIBU PUISI by EKO PRAKOSO



NEGERI SERIBU SATU PUISI

nanana…nanana…nanana…
aku berdendang sesuka hatiku
oeyoo……ooeeeyaaa…eeyooo…
aku melantunkan nada nadaku sebebas jiwaku
entah sumbang… entah merdu… aku tak perduli,
kerna aku hidup di negeri seribu satu puisi

duniaku… dunia yang membebaskan nuraniku
berlagu apa saja…

berteriak selantang-lantangnya…
pakai majas…. boleeeh….
tak pakai majas…. silaaahkan…
sesuka-suka rasa dalam hatiku…
di negeri seribu satu puisi
jiwaku bebas merdeka…

bebas meneriakkan apa saja selantang lantangnya…
meneriakan tentang kemuakkanku pada hidup
bebas mencaci maki hidupku sendiri…
bebas meneriakkan suara nuraniku
pada carut marut negeri ini…
bebas menjadi corong yang berteriak keras
buat para jelata sepertiku ini
yang tertindas nasibnya serta digilas jalang
oleh system yang ada dan sedang berlangsung…

di negeri seribu satu puisi
aku bisa bebas bercumbu
dengan para bidadari yang turun
dari atas langit kahyangan swargaloka,
aku bebas berkencan dan berselimut peluh birahi
dengan para putri sekar kedaton
dari semua istana di mayapada…

di negeri seribu satu puisi
waktu tak pernah berhenti berputar…
jiwaku bebas menari nari
serta berdansa dari pagi hingga malam
lalu hingga malam melewati batas pagi….
aku bebas menarikan tarian jiwaku
dalam lingkaran sembilan musim…

di negeri seribu satu puisi
aku bebas bertempur dengan para dewa
bercanda dengan malaikat
memaki-maki iblis, setan
serta jin marakahyangan….

di negeri seribu satu puisi
aku bebas berdialog dengan tuhanku
tanpa ada batasan dialektika yang membatasi,
aku bebas mengadu, berbincang apa saja
dengan tuhanku…
dan sesekali ku ajak bercanda tuhanku
tuk sekedar melipur lara jiwaku…

di negeri seribu satu puisi..
aku adalah penguasa jiwaku
tanpa ada aturan aturan yang membelenggu hatiku…
tapi diam diam ternyata relung rasa di hatiku
kok tetap terbelenggu erat cintamu….

Batavia, 16/11/2012. 15:36__ Sore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar